Berita

Surabaya, 19 Juli 2025 — Kampus Penghafal Al-Qur’an STIDKI Ar Rahmah Surabaya kembali menyelenggarakan Ujian Tahfidz Semester Genap yang berlangsung selama enam hari, sejak tanggal 14 hingga 19 Juli 2025. Kegiatan ini menjadi momentum evaluasi sekaligus penyemangat bagi para mahasiswa dalam menjaga dan meningkatkan hafalan Al-Qur’an mereka.

Dalam pembukaan ujian tahfidz, KH. Baidum Makenun, Lc., M.Th.I, selaku Pengasuh Utama Tahfidz STIDKI Ar Rahmah, memberikan nasihat yang menggugah hati. Beliau menegaskan bahwa menghafal Al-Qur’an adalah pilihan Allah, dan hanya orang-orang yang berjuang dan memantaskan diri yang akan ditetapkan untuk menjaga Kalamullah di dalam hatinya.

“Menghafal Al-Qur’an itu bukan sekadar kemampuan, tapi anugerah yang disertai amanah. Maka pantaskanlah diri dengan perjuangan dan kesungguhan,” tutur beliau di hadapan para mahasiswa.

KH. Baidum juga mengingatkan agar para penghafal Al-Qur’an menjaga kedisiplinan waktu, khususnya di waktu-waktu barokah seperti sebelum dan setelah Subuh. Ia mengkritisi kebiasaan santai dan tidur pagi sebagai penghalang utama keberkahan dalam menghafal.

“Jangan banyak tidur, jangan terlalu santai. Waktu Subuh itu waktu barokah. Jangan sampai para hamilul Qur’an justru tertidur di saat malaikat sedang membagikan keberkahan,” tegasnya.

Tak hanya bagi mahasiswa yang masih proses menghafal, beliau juga berpesan kepada para alumni maupun yang telah khatam 30 juz untuk tetap menyetorkan hafalan (ziyadah dan muraja’ah) secara rutin dan tidak meninggalkan kedisiplinan waktu, khususnya selepas Subuh.

Ujian tahfidz kali ini diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai jenjang, baik yang masih dalam proses menghafal maupun yang sedang menyempurnakan kualitas hafalannya. Setiap peserta diuji secara langsung oleh tim musyrif dan musyrifah dengan sistem penilaian yang ketat namun membangun.

Kegiatan ini merupakan bagian integral dari sistem pendidikan STIDKI Ar Rahmah yang berfokus pada pembentukan imam masjid dan pemimpin peradaban berbasis Al-Qur’an. Hafalan bukan hanya menjadi capaian akademik, melainkan juga fondasi karakter dan kepemimpinan mahasiswa.

Semangat para mahasiswa yang terlibat dalam ujian tahfidz ini menunjukkan bahwa menghafal Al-Qur’an bukan sekadar target akademik, tetapi merupakan perjalanan spiritual penuh keberkahan. Dan sebagaimana yang disampaikan oleh KH. Baidum, hanya mereka yang “berani bersungguh-sungguh dan menjaga waktu” yang layak menjadi penjaga Kalamullah.